detikhukum.id, -Jakarta | Sidang lanjutan kasus dugaan korupsi pembangunan Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated atau Jalan Layang MBZ kembali membuka luka lama.
Terungkapnya desain jalan yang dibuat naik turun seperti gelombang memicu kekhawatiran publik, terutama anggota Banggar DPR RI, Mulyadi. Ia mempertanyakan logika dibalik desain jalan tol yang tidak lazim tersebut.
“Jangan sampai demi mengejar biaya murah, mengorbankan keselamatan pengguna jalan,” ujar Mulyadi kepada wartawan, dikutip pada Kamis, 13 Juni 2024.
Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan. Jika benar kasus korupsi terbukti di persidangan, dikhawatirkan kualitas konstruksi Jalan Layang MBZ jauh di bawah standar. Hal ini berpotensi membahayakan keselamatan pengguna jalan.
“Bayangkan jika jalan tol ini ambruk. Berapa banyak nyawa yang melayang?” ucap Mulyadi sembari bertanya.
Ia menegaskan, bahwa Jalan Layang MBZ sejatinya memiliki potensi untuk menjadi solusi kemacetan di Jakarta dan sekitarnya. Namun, jika keselamatan pengguna jalan diabaikan, proyek ini justru akan menjadi “mesin pembunuh”. Ia tidak ingin tragedi yang lebih besar terulang dimasa depan.
“Lebih baik ditutup dulu dan diaudit ulang konstruksinya,” tegasnya.
Kekhawatiran Mulyadi diamini oleh banyak pihak. Masyarakat pun mulai mempertanyakan keamanan Jalan Layang MBZ. Desakan untuk audit konstruksi semakin menguat.
Kasus Jalan Layang MBZ menjadi pengingat bahwa mengejar keuntungan dengan mengabaikan keselamatan adalah tindakan yang tidak terhormat. Pemerintah harus bertindak tegas untuk memastikan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan tol. Jangan sampai tragedi memilukan terulang kembali.
DH/raffa christ manalu/red