Pers Indonesia Berperan Sentral dalam Perjuangkan Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza

detikhukum.id,- Jakarta Barat, DKI Jakarta – Jumat (7/11/2025) – Pers Indonesia memainkan peran krusial dalam perjuangan panjang bangsa Palestina untuk meraih kemerdekaan. Sejak konflik Gaza pada Oktober 2023, media Indonesia aktif mengangkat isu kemanusiaan, dugaan genosida, diplomasi internasional, serta kejahatan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, termasuk pembunuhan terhadap anak-anak dan perempuan.

Hal ini mengemuka dalam Seminar Internasional bertajuk “The Role of Indonesian Media in Palestine’s Effort to Achieve True Independence” yang diselenggarakan di Jakarta, Jumat (7/11). Acara ini diinisiasi oleh Palestine International Forum for Media and Communication Tawasol, sebuah lembaga yang berbasis di Istanbul dan menghimpun jurnalis, aktivis, dan akademisi dari berbagai negara. Direktur Eksekutif Tawasol, Dr. Bilal Khalil, hadir sebagai pembicara utama.

Dr. Khalil menyampaikan apresiasi atas peran aktif pers Indonesia dalam membela perjuangan Palestina. “Perhatian pers Indonesia terhadap isu kemanusiaan dan keselamatan bangsa Palestina di Gaza adalah cerminan komitmen pers nasional Indonesia,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa sikap ini sejalan dengan amanat Pembukaan Konstitusi Indonesia yang menolak segala bentuk penjajahan, termasuk yang terjadi di Palestina.

Wartawan Senior Metro TV, Desi Fitriani, yang telah tiga kali meliput langsung di Gaza, mengungkapkan berbagai tantangan yang dihadapi. Ia menuturkan pentingnya komunikasi intensif dengan pemerintah Gaza untuk mengakses berbagai fasilitas, termasuk terowongan yang digunakan untuk menyalurkan bantuan makanan dan obat-obatan. “Saya melihat sendiri bagaimana makanan dan produk Indonesia dikirim melalui terowongan untuk menembus blokade Israel,” ungkapnya.

Desi juga menyoroti risiko tinggi yang dihadapi wartawan di Gaza. Ia menekankan perlunya produser televisi untuk jeli dalam memilih gambar dan kata-kata yang berpihak pada Palestina, serta tidak terjebak dalam narasi media Barat yang cenderung menyudutkan Palestina.

Peran Media Digital dan Perlawanan Narasi

Wartawan senior Pizaro Gozali, yang pernah bertugas di Anadolu Agency, menekankan pentingnya pers nasional untuk menggencarkan dukungan terhadap Palestina di media digital. Ia menyoroti upaya Israel untuk membersihkan citra mereka dari kejahatan kemanusiaan melalui media baru. Pizaro mengutip pernyataan Mariam Barghouti yang menyebut bahwa media arus utama seringkali hanya fokus pada reaksi Palestina, bukan pada tindakan Israel yang menjadi penyebabnya.

Aktivis Palestina, Annisa Theresia, dalam presentasinya yang berjudul “Centering Human Dignity Through Creativity,” menegaskan bahwa yang terjadi di Palestina bukanlah konflik, melainkan pendudukan dan genosida yang disaksikan langsung oleh dunia melalui media digital. Ia mengutip utusan khusus PBB, Francesca Albanese, yang menyebut genosida ini sebagai kejahatan kolektif dunia karena tidak ada tindakan nyata untuk menghentikannya. Annisa juga menyoroti peran seni sebagai bentuk perlawanan terhadap kejahatan kemanusiaan di Palestina.

Pemimpin redaksi indo.palinfo.com, Ahmad Tirmizi, menekankan perlunya pers Indonesia untuk mengangkat isu hukum humaniter dan batasan-batasan dalam perang. Ia juga mendorong pers nasional untuk menyoroti analisis hukum dan kemanusiaan, termasuk laporan PBB tentang penghancuran sistematis pemukiman di Gaza, guna mendukung Palestina dan membongkar kejahatan perang Israel.

Ahmad menyatakan, “Israel tidak hanya melakukan pembunuhan yang disebut sebagai genosida terhadap warga Gaza, tetapi juga melakukan ‘pembunuhan terhadap kebenaran’ genosida di Gaza melalui narasi pemberitaan di media massa dan media sosial.”

Dr. Asep Setiawan, mantan anggota Dewan Pers, mengidentifikasi tiga periode liputan pers Indonesia terhadap konflik Gaza antara 2023-2025. Periode pertama (Oktober-Desember 2023) menekankan solidaritas emosional. Periode kedua (Januari-Juni 2024) adalah masa transisi dengan munculnya liputan yang lebih analitis. Terakhir, periode Juli 2024-Juli 2025 ditandai dengan liputan yang substantif, kritis, dan analitis.

Seminar ini dihadiri oleh sejumlah wartawan dari berbagai media, akademisi, serta perwakilan dari organisasi terkait.

DH/ Sulaeman /red

Pos terkait